Jumat, 04 Oktober 2013
Inspirasi dari Pemilik “Raja Jalanan Dunia”
Siapa yang tidak kenal dengan nama besar Soichiro Honda ?. Ia menjadi salah satu tokoh kebanggan dunia. Pendiri perusahaan internasional penghasil motor dan mobil ini begitu bersahaja dalam kesuksesan karirnya. Soichiro kecil lahir pada 17 November 1906 di Iwatagun, desa kecil di salah satu sudut kota Jepang yang kini telah menjadi kota besar bernama Hamamatsu.
Soichiro dikenal sebagai anak nakal yang tidak seberapa pintar. Namun ketertarikannya pada mesin telah tampak sejak ia kecil. Ia pun menunjukkan kesungguhannya dalam mempelajari mesin dan seluk beluknya dengan melamar sebagai pegawai bengkel di Tokyo dan ia pun diterima. Sayangnya, harapan Soichiro untuk menjadi pegawai di bengkel besar itu tidak terwujud. Di sana ia hanya menjadi pengasuh bayi sang majikan. Namun demikian Soichiro tetap melakoni pekerjaan itu demi bisa berada di lingkungan bengkel untuk mencuri-curi waktu agar ia bisa memerhatikan cara membetulkan mesin mobil serta sekadar melihat dan menganalisa mesin-mesin yang ada di bengkel itu. Minat Soichiro pun semakin menguat, ia bertekat untuk bisa membuat mobil nya sendiri kelak.
Satu kesempatan untuk memperbaiki mobil pun datang, dan Soichiro berhasil menyelesaikannya. Sejak saat itu ia dipercaya menjadi pegawai bengkel yamng sesungguhnya. Karena kelihaiannya dalam membenahi mesin mobil, Soichiro akhirnya di angkat sebagai kepala cabang bengkel besar yang mempekerjakannya.
Tahun 1933 Soichiro Honda mulai membuat mobil balap dengan tangannya sendiri yang kemudian ia beri nama Curtis. Pada 1934 ia mulai merealisasikan tekat awalnya untuk membuat mobil pribadi sendiri dengan membuat ring piston yang merupakan salah satu komponen dasar pembuatan mobil. Tetapi ring piston karyanya terus menerus menuai kegagalan. Ini terjadi tidak lain karena Soichiro yang sejak usia 16 tahun tidak mau lagi bersekolah, sama sekali tidak mengetahui ilmu tentang pencampuran logam. Ia pun melangkahkan kakinya ke Sekolah Tinggi Hamamatsu jurusan mesin. Dari tempat itu ia mengetajui bahwa ada jenis logam lain yang perlu dicampurkan untuk membuat ring piston yaitu silicon. Informasi itu membuat Soichiro kembali menginginkan untuk sekolah meskipun saat itu ia telah berusia 28 tahun.
Setelah dua tahun berkuliah, Soichiro sempat dikeluarkan gara-gara jarang masuk kuliah. Tetapi tujuan utamanya memang bukan hanya ijazah, ia ingin bisa membuat ring piston nya sendiri dan itu terwujud tahun 1937. Tahun 1938 ia pun mendirikan pabrik pembuatan ring piston bernama Tokai Seiki. Perusahaan itu sempat berjalan baik dengan sokongan modal dari Toyota setidaknya sampai perang dunia ke-2 meletus. Akibat kalah perang Jepang menjadi semrawut termasuk Soichiro dan pabriknya yang gulung tikar. Ia kemudian beralih mendirikan mesin tenun karena pada saat krisis tersebut industry tekstil berkembang pesat. Tetapi, lagi-lagi pabriknya bangkrut.
Soichiro dan keluarganya betul-betul berada pada garis kemiskinan sampai akhirnya ada seorang teman yang memintanya memanfaatkan mesin bekas pemancar radio sisa perang yang berjumlah 500 buah. Soichiro yang tak kenal putus asa pun berpikir dan ia pun membuat sepeda motor berbekal mesin bekas itu. Cara menggunakannya, mesin harus dipanaskan dengan api dan digenjot minimal 30 menit untuk bisa digunakan. Tetapi produk sepeda motor itu tetap saja laku keras, bahkan dalam setahun 500 buah mesin pemancar radio yang telah disulap menjadi sepeda motor habis dijual.
Inilah cikal bakal berbagai generasi mesin sepeda motor Honda.Menyaksikan kegemilangan Soichiro, seorang pemasar bernama Fujisawa pun bergabung dengan Honda. Mereka bekerjasama membangun dan mengembangkan produk-produk Honda yang mulanya masih berupa mesin 2 takt yang berisik dengan kecepatan maksimal 50 km/jam hingga mampu menciptakan mesin 4 takt dengan kecepatan maksimum 75 km/jam. Honda terus meluaskan pengaruhnya di pasar motor dan mobil internasional. Honda menjadi produsen sepeda motor terbesar di dunia sejak 1959 dan sukses meraih gelar “raja jalanan dunia”. (na)
0 komentar:
Posting Komentar